Jumat, 23 September 2011

MUMTAZ MAULANA HIDAYAT - cerita masa kecil


 Tengah malam buta, pukul 00.00. menjelang hari Jumat, tangisan itu makin terdengar..beriringan dengan cucuran merah darah. Muncul sesosok makhluk mungil tak berbusana, keluar dari rahim seorang ibu. Dengan massa ….kg dan panjang …cm…( ane lupa. haha ) Ya cukup normal lah untuk seorang bayi. Kulitnya sawo matang, amat identik dengan orang Indonesia. Ialah putra ketiga dari pasangan Drs. Kamaluddin dan Sri Purwaningsih. Warga Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal. Mumtaz Maulana Hidayat namanya. Mumtaz berarti istimewa. Maulana berarti pemimpin. Hidayah berarti Petunjuk. Pemimpin istimewa yang membawa petunjuk…. Mungkin begitu makna namanya ( ini ngarang ).

MASA AWAL SEKOLAH

Tubuhku kurus kecil, wajah tirus. Agaknya aku bukan tergolong anak yang pandai bergaul, masuk kategori pendiam mungkin, pada waktu itu. Duduk di bangku TK adalah masa yang amat membuatku terkenang. Pertama kalinya berangkat sekolah, bertemu teman sebaya, membuat teman menangis karena kujegal, pertama kali naksir cewek, bangganya dapat juara 2 lomba mewarnai ( dan lupa mengambil hadiahnya ) …aah, sungguh indah.
Pengalaman-pengalaman yang tak terlupakan… jadi awal sejarah hidupku. Aku jadi ingat, pengalaman buruk itu. Saat masih duduk di TK Aisyiyah,Banjaran. Hari itu seperti biasa, aku berangkat sekolah ditemani ibuku. Aku pun bermain dengan teman-teman seperti biasa. Tak ada yang aneh. Namun ketika kumelamun, baru kusadari suatu hal. Ada yang janggal disini. Kutengok kanan kiri, kucari kesana kemari, tak kutemukan sosok ibuku. Akkkhh….. Untuk pertama kalinya, tak kulihat keberadaan ibuku. Dan, saat itu aku berfikir dengan lugu, “ OHH…TIDAAKK !…ibuku telah meninggalkanku sendirian disini !! “

Aaaargghh…. Bagaimana ini….aku si pendiam, bagaikan anak kelinci yang kehilangan induknya di tengah hutan belantara. Tak tahu harus bagaimana. Karena tak punya keberanian untuk minta pertolongan guru, segera kuambil tindakan nekat. Aku harus pulang ke rumah sekarang, bagaimanapun caranya. Pikiran semacam tadi amatlah tolol. Menjadi tolol, sebab jarak dari sekolah ke rumah mungkin lebih dari 1 km. Bagaimana akan sampai, kalau aku sendiri saja tak tahu menahu jalan pulang, apalagi alamat lengkap rumahku.
Aku sudah hampir putus asa. Jalan panjang dan terjal terasa sudah kulalui, tapi tak kunjung kutemukan rumahku. Aku terus saja jalan, tanpa peduli arah. Makin mustahil, makin mustahil tanpa bantuan orang. Jelas harus minta bantuan, tapi aku terlalu pemalu tuk bertanya pada orang di pinggir jalan.

Subhanallah, tuhan masih menyelamatkanku. Tanpa sengaja, dijalan aku berpapasan dengan pegawai Apotik milik ibuku. Ia pun menyetop becak itu, dan menghampiriku. “ Eh, ini Utas….lagi apa dek ? koq jalan sendiri ?..sini mbak anterin pulang aja ya ?! “
Aku pun mengangguk, diantarkannya sampai rumah. Dan aku pun masuk rumah dengan perasaan campuraduk, setelah tahu bahwa ibuku saat itu masih berada di Kantor sekolah.
Ah, sungguh konyol….
Disamping pengalaman buruk tadi, sempat juga kualami pengalaman-pengalaman indah. Hmm… tapi aku benar-benar lupa. Haha, Mungkin karena terlalu indah tuk dikenang.. atau memang tak ada ya ?
Ah, sudahlah. Tak usah dibahas. Lanjut ke salah satu masa paling gila, masa-masa sekolah dasar.

MASA SEKOLAH DASAR

Aku pada awal masuk sekolah dasar, masihlah aku yang dahulu. Aku yang pendiam dan pemalu. Belum ada perubahan yang signifikan. Tapi masa sekolah dasar, adalah masa yang lebih gila dari masa sebelumnya. Mengapa gila ? sebab masa itu penuh pengalaman konyol dan memalukan.
Jadi di masa ini, anda tak hanya akan menyaksikan Mumtaz yang pemalu, tapi juga luar biasa bandel dan konyol. Aku kembali tergoda untuk menceritakan kisah-kisah yang jauh lebih konyol. Tapi mungkin terlalu panjang tuk diuraikan. Maka lebih baik kubuatkan daftarnya saja, sebagai berikut :

A. Tak sengaja menendang seorang anak cewek. Sampai ia tak bisa buang air kecil.
     Aku sampai    ditelpon orangtuanya. Wali kelas pun memanggilku.
     Dan anda tentu paham, bagian   tubuh mana yang kutendang. XD ….
     .( sekedar info, sekarang anak  itu menjabat sebagai wakil ketua osis di SMA saya )
B. Kelas 1-3 sd, tak terhitung berapa kali aku buang air di celana.
     Tapi sebuah prestasi kutorehkan saat kelas 3 sd,
      pertama kali melakukannya tanpa ketahuan
      guru dan teman-teman.
C. Ini yang paling konyol. Kelas 3.
     Lupa membawa tas.
D. Guruku hafal benar kelakuanku yang satu ini. Lupa membawa PR atau lupa mengerjakan.
     Serasa sudah jadi tradisi saya.
E. Memainkan kartu remi di sekolah.
    Aku kembali dipanggil ke kantor dan dinasehati oleh guru agama, tentang dahsyatnya judi.
F. Ah, ini memalukan sekali. Kelas 5 sd.
    Ketauan beli tabloid dewasa oleh penjaga kantin.

Ya, namanya juga anak kecil, serba ingin tahu..ahahaaha.
G. Kelas 6 sd .
Menyembunyikan pembalut milik teman..
Tapi sudah kukembalikan. Keburu pemiliknya nangis.

Sudahlah, berhenti menulis aib sendiri. Sekarang aku ingin bicara tentang prestasi. Hehehe.. begini – begini aku juga punya prestasi lho. Aku sempat menduduki peringkat 5 saat kelas 1, dan peringkat 3 saat kelas 3 caturwulan ketiga, sebagai anak ketiga, punya pacar 3, bisul 3 di tiga tempat berbeda ( gak gak…bercanda ).
Aku juga pernah mengikuti lomba sepakbola antar sekolah. Pada waktu itu, sekolahku yang tanpa persiapan, langsung tunjuk saja, mana anak-anak yang pandai bermain bola. Dan aku termasuk makhluk-makhluk itu.
Di pertandingan awal, tim SDku sukses memenangi pertandingan dengan skor 2-1, dimana aku sebagai pencetak 2 gol tadi. Tapi pertandingan selanjutnya parah. Timku kalah 1-2 dan 1-3. Nasib tak baik, aku cedera pada pertandingan ketiga. Kesedihan makin terasa karena tim SDku tersisih dari turnamen.
Walaupun aku pada waktu itu masih sama sekali buta dengan yang namanya ‘Cinta’, aku sudah mengalami perasaan suka dengan lawan jenis. Bagiku itu sebuah anugerah, sebab berarti aku ini binatang yang normal. Hmmm… cinta monyet, cinta gorilla, cinta simpanse, cinta brontosaurus, entah itu namanya.. aku amat suka masa sekolah dasar. Masa dimana pertama kalinya aku memungut sebuah cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar